Home » » Pertemuan 3: Al-Adab Fawq al-‘Ilm – Relevansi Etika Akademik

Pertemuan 3: Al-Adab Fawq al-‘Ilm – Relevansi Etika Akademik

Posted by Awal KPN on Friday, 19 September 2025

 

Pertemuan 3: Al-Adab Fawq al-‘Ilm – Relevansi Etika Akademik

1. Al-Adab Fawq al-‘Ilm

  • Ungkapan ulama klasik “Al-adab fawq al-‘ilm” (adab berada di atas ilmu) menegaskan bahwa penguasaan ilmu tidak bernilai tanpa akhlak dan etika.

  • Imam Malik pernah berpesan kepada muridnya, Imam Syafi’i: “Pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu.”

  • Relevansinya dalam etika akademik: mahasiswa dan dosen bukan hanya dituntut cerdas secara intelektual, tetapi juga luhur dalam adab, sopan santun, dan integritas.

kisah-kisah ulama klasik:

Imam Ahmad bin Hanbal lebih mendahulukan belajar adab dari Imam Syafi’i.
Imam Malik menolak memberikan fatwa ketika beliau tidak dalam keadaan beradab (misalnya memakai pakaian rapi).

Perbandingan: di dunia akademik modern, kode etik dosen–mahasiswa (plagiarisme, penghargaan hak cipta, integritas penelitian) adalah wujud nyata dari adab.

Diskusi: apakah adab akademik di perguruan tinggi Indonesia sudah mencerminkan nilai ini?

2. Nilai Intrinsik Ilmu: al-‘Ilmu Nūr

  • Dalam perspektif Islam, ilmu adalah cahaya (nūr) yang menerangi kehidupan manusia.

  • Cahaya ilmu hanya akan bermanfaat jika hati yang menampungnya bersih dan penuh adab.

  • QS. Al-Mujādalah:11: “Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”

  • Konteks etika akademik: ilmu harus diamalkan untuk kebaikan, bukan sekadar untuk kepentingan duniawi atau manipulasi akademis.


  • Konteks modern: banyak orang berilmu tinggi tetapi menyeleweng (korupsi, manipulasi data penelitian). Itu contoh ilmu tanpa cahaya.

  • Teori filsafat ilmu: ilmu memiliki dimensi ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

    • Ontologi: apa itu ilmu?

    • Epistemologi: bagaimana memperoleh ilmu?

    • Aksiologi: untuk apa ilmu digunakan?


3. Niat Menuntut dan Memiliki Ilmu

  • Menuntut ilmu adalah ibadah, sehingga niat menjadi sangat penting.

  • Hadis Nabi ﷺ: “Barang siapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri, atau untuk berdebat, atau untuk mencari kedudukan, maka ia akan masuk neraka.” (HR. Ibnu Majah).

  • Dalam etika akademik:

    • Niat menulis skripsi, tesis, disertasi harus untuk pengembangan ilmu, bukan sekadar formalitas.

    • Niat melakukan penelitian adalah mencari solusi atas problem masyarakat, bukan sekadar mengejar poin angka kredit.


4. Karakter Ulul Albab

  • Ulul albab adalah figur intelektual yang selalu mengaitkan ilmu dengan iman dan amal saleh.

  • QS. Ali Imran: 190–191: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi… terdapat tanda-tanda bagi ulul albab.”

  • Ciri ulul albab:

    1. Berpikir kritis dan reflektif (tafakkur).

    2. Mengingat Allah dalam setiap aktivitas akademik (dzikrullah).

    3. Menerapkan ilmu untuk maslahat umat.

  • Relevansi etika akademik: membentuk mahasiswa berilmu sekaligus berakhlak, berintegritas, dan bermanfaat bagi masyarakat.


Diskusi Kelas

  1. Mengapa adab dikatakan lebih tinggi daripada ilmu?

  2. Bagaimana menjaga niat agar tetap lurus dalam belajar dan meneliti?

  3. Apa relevansi konsep ulul albab bagi mahasiswa di era digital dan Society 5.0?


0 comments:

Post a Comment

TERIMA KASIH

SEMOGA BERMANFAAT!!!
Powered by Blogger.

Blog Archive

Flag Counter
.comment-content a {display: none;}